Jumat, 10 Oktober 2014

PULANG

Pindahkanlah hatimu sesuai selera
tapi tiadalah cinta melainkan kekasih pertama
Berapa banyak tempat di bumi yang disinggahi pemuda
tapi kerinduannya senantiasa pada persinggahan pertama
-Ibnu Qayyim-




Seberapapun jauhnya kaki kita melangkah ada satu titik dimana kita rindu untuk pulang. Tak peduli betapapun sulitnya perjalanan dan resiko yang akan dihadapi dilakukan demi terealisasinya satu kata: 'pulang'. Bagi sebagian orang, pulang merupakan sebuah ventilasi, tempat bertukarnya udara, bagi jiwa. Setelah lama terkungkung salam ruang pengap bernama rutinitas kerja dan aktivitas yang menyita pikiran dan tenaga ia butuh ruang untuk berbagi cerita, melepaskan beban dan membuka ruang interaksi dengan seksama.

Kemajuan teknologi komunikasi yang memudahkan manusia untuk saling berhubungan tak dapat memupus kerinduan untuk pulang. Ia hanya semacam analgesik yang bersifat menunda, bukan mengobati. Belum lagi bila canggihnya fasilitas komunikasi tidak diimbangi dengan seringnya komunikasi itu berlangsung. Kebanyakan kita masih bisa menghitung dengan jari sebelah tangan kuantitas berkomunikasi dengan orang tua atau kerabat di kampung halaman entah melalui telepon, sms, FB atau yang lainnya dalam satu tahun. Tak heran bila pulang menjadi keniscayaan di setiap Idul Fitri. Selain memang momennya yang tepat untuk berkumpul, pada saat itulah ada waktu yang tidak disibukkan dengan pekerjaan.

Lagi pula, ada bagian yang tidak bisa dilakukan dengan alat komunikasi, yaitu merasakan getaran emosi saat memandang wajah orang tua dan mengecup punggung tangan kedua orang tuanya untuk memohon maaf.

Pulang, adalah hal yang dinanti sekaligus merupakan salah satu obat kebahagiaan. Lama tidak pulang akan menimbulkan keresahan dan kegundahan. Sederhananya, ketika kita melakukan perjalanan wisata ke tempat indahpun pada ujungnya kita tetap akan pulang. 

Demikian pula kehidupan kita di dunia sebenarnya hanyalah tempat singgah yang akan kita tinggalkan ketika pulang. Sebahagia apapun kehidupan kita di dunia pasti akan kita tinggalkan saat kita kembali kepada Alloh. Tempat tinggal kita yang hakiki akan kita jumpai setelah kematian. Ke negeri akhirat kita akan pulang dan di sana adalah rumah kita yang sejati. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. DariNya kita berasal dan kepadaNya kita akan kembali. Dan sebaik-baiknya orang adalah yang telah mempersiapkan bekal untuk pulang.

[Sumber : majalah Ar-risalah edisi 158]

Tidak ada komentar: